Tag: SEJARAH

Goa Batu Ejayya, Situs Sejarah Menarik dan Penuh Mitos di Bantaeng

Goa Batu Ejayya, Situs Sejarah Menarik dan Penuh Mitos di Bantaeng – Goa Batu Ejayya sebagai salah satunya objek wisata sejarah di Bantaeng, Sulawesi Selatan yang dari kata Ejayya. Ejayya sendiri datang dari bahasa warga di tempat yang mempunyai makna merah. Realita ini berdasar kenyataannya, karena objek wisata batu yang berada di Bantaeng ini akan kelihatan warna merah bila disaksikan dari terlalu jauh. Pasti ini sebagai daya tarik tertentu dari batu di Bantaeng satu ini.

Batu Ejayya simpan bermacam budaya dan sejarah dari Kabupaten Bantaeng. Satu diantaranya bisa diketemukan dengan kehadiran telapak tangan manusia yang ada di batu ini. Berdasar beberapa penilaian warga di tempat, telapak tangan ini datang dari telapak tangan orang yang pertama kalinya ada di Bantaeng. Karena, tempat ini dahulunya adalah rumah pertama orang Bantaeng.

Selainnya sejarah dan budayanya yang memikat buat dijelajahi selanjutnya, objek wisata ini juga tidak jauh dari keindahan alam yang dihidangkannya. Tempatnya yang berwujud bukit dengan batu besar yang berdiri diatasnya jadi objek wisata ini favorite dikunjungi oleh pelancong muda. Hingga, pelancong bukan hanya memperoleh pengetahuan budaya dan sejarah saja tapi juga pengalaman berlibur yang mengagumkan.

Daya Tarik yang Dipunyai Goa Batu Ejayya

Batu Ejayya sebagai batu yang berdiri di atas sebuah bukit dan berada di Kabupaten Bantaeng. Objek wisata berwujud batu ini tak pernah sepi pelancong, baik pelancong dari luar atau dalam wilayah. Pelancong yang tiba berminat untuk rasakan sendiri kesan-kesan budaya dan sejarah dari batu ini. Bermacam daya tarik yang dipunyai jadi factor jumlahnya pengunjung banyak yang datang.

1. Kesan-kesan Sejarah yang Rekat Berasa

Goa Batu Ejayya juga bisa disebutkan sebagai objek wisata yang berwujud gua. Gua ini tercipta dari batu-batuan kapur pada jaman plestosin dulu. Pada jaman itu, es-es yang ada di kutub bumi mencair hingga mengakibatkan peningkatan air di bumi sampai tutupi mayoritas dari dataran. Peristiwa ini mengakibatkan terpaan ombak besar menuju gunung batu-batuan kapur hingga terciptanya gua.

Pembangunan dari objek wisata ini menjadi awalan dalam peranan dari gua ini sebagai tempat tinggal orang Bantaeng pada jaman dulu. Diikuti dengan cap telapak tangan yang ada di batu membuat penilaian jika telapak tangan itu sebagai cap dari orang pertama kali yang memijakkan kakinya di Bantaeng. Hal ini disokong jika dahulunya batu ini adalah rumah pertama orang Bantaeng.

2. Keelokan dari Design Naturalnya

Daya tarik seterusnya dari batu yang berada di Bantaeng ini adalah keelokan dari design naturalnya. Memang seolah tidak ada minimnya bila beri pujian ciptaan Maha Kuasa, ini bisa ditunjukkan dengan design alami yang tercipta pada batu ini. Keelokannya ini sukses dijadikan daya tarik seterusnya untuk beberapa pengunjungnya sesudah cerita sejarah yang diletakkan oleh batu berharga sejarah ini.

Batu yang tak pernah sepi oleh pengunjung ini menyuguhkan panorama batu dan gua yang demikian istimewa bila disaksikan. Disamping itu, keelokan dari batu ini makin rekat berasa saat disaksikan dari terlalu jauh. Dengan sinaran warna merah seperti permata benar-benar menarik siapa saja untuk memijakkan kakinya di sini. Oleh karena tersebut, objek wisata ini benar-benar digemari oleh pelancong anak muda.

3. Panorama Luasnya Kabupaten Bantaeng

Daya tarik yang lain dari objek wisata yang tak pernah sepi pengunjung ini adalah panorama luasnya Kabupaten Bantaeng. Lokasi dari objek wisata ini ada di atas bukit yang banyak oleh pohon-pohonan. Hingga jadikan batu ini mempunyai ketinggian yang paling berarti bila dibanding dengan dataran dibawahnya terhitung Kabupaten Bantaeng yang kelihatan kecil di atas bukit tempat batu ini.

Pelancong yang sudah menjejaki kakinya di atas bukit tempat batu ini berdiri bisa secara mudah menyaksikan panorama luasnya Kabupaten Bantaeng di atas ketinggian. Disamping itu, pohon-pohonan yang tumbuh subur disekitaran tempat bukit sampai Bantaeng juga bisa membuat situasi sejuk dan asri. Benar-benar pas dijadikan tempat melepaskan capek untuk anda pencinta wisata, ditambah yang ada di Bantaeng.

Alamat dan Rute Menuju Lokasi

Goa Batu Ejayya sebagai salah satunya tujuan wisata alam berharga sejarah yang berada di Kabupaten Bantaeng persisnya Kelurahan Bontojaya. Lokasi wisata alam ini memiliki jarak 27 km bila dihitung dari pusat Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Akses menuju tujuan arah telah termasuk mencukupi, tetapi diwajibkan untuk selalu waspada ditambah saat menuju batu dimulai dari pintu masuk.

Mengenal Lebih Dekat Benteng Fort Rotterdam, Makassar

wisatasulawesi.com – Bicara masalah benteng, pasti pikiranmu langsung ke arah ke arah tempat pelindungan atau pertahanan sebuah kerajaan. Ya, kurang lebih seperti tersebut peranan benteng di periode kemarin.

Seperti Benteng Fort Rotterdam yang berada di Jalan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini sebagai saksi riwayat sekalian warisan Kerajaan Gowa-Tallo yang sempat berkuasa di daerah Makassar.

Benteng Fort Rotterdam, yang dikenali bernama lain Benteng Ujung Pandang atau Benteng Panynyua, dibangun sekitaran era ke-16 dan berdiri kuat sampai sekarang ini. Terletak tidak jauh dari Pantai Losari, menghadap ke Selat Makassar.

Wujud benteng Fort Rotterdam Makassar ini seperti terlihat penyu yang akan ke arah lautan. Wujud yang unik ini dapat diartikan sebagai deskripsi kemasyhuran Kerajaan Gowa yang daerah kekuasaannya menyebar di darat dan lautan.

1. Riwayat singkat Benteng Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam sebagai saksi bisu serangkaian peristiwa monumental di kota ini, dimulai dari kemasyhuran Kerajaan Gowa di era ke-16 sampai periode kolonialisasi Belanda. Benteng ini dibuat di tahun 1545 oleh Raja Gowa kesembilan yang namanya I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung. Awalannya benteng ini dengan bahan dasar tanah liat, tetapi pada periode pemerintah Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini ditukar jadi batu padas yang mengambil sumber dari Pegunungan Karst yang berada di wilayah Maros.

Benteng Ujung Pandang ini seperti satu ekor penyu yang akan merayap turun ke lautan. Dari sisi memiliki bentuk benar-benar terang filosofi Kerajaan Gowa, jika penyu bisa hidup di darat atau di laut. Demikian juga dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di dataran atau di lautan.

Kerajaan Gowa-Tallo pada akhirnya tanda-tangani kesepakatan Bungayya yang salah satunya pasalnya mengharuskan Kerajaan Gowa untuk memberikan benteng ini ke Belanda. Di saat Belanda tempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diganti jadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman menyengaja pilih nama Fort Rotterdam untuk kenang kembali wilayah kelahirannya di Belanda. Benteng ini selanjutnya dipakai oleh Belanda sebagai pusat tempat penampungan rempah-rempah di Indonesia sisi timur.

Sekitaran 200 tahun Belanda memakai benteng ini sebagai pusat pemerintah, ekonomi dan beragam jenis kegiatan. Pada 1937 pemilikan Benteng Rotterdam oleh Dutch Indies Goverment diberikan ke Fort Rotterdam Foundation. Benteng ini selanjutnya tercatat sebagai bangunan monumental pada 23 Mei 1940.

2. Peranan benteng Fort Rotterdam

Sebetulnya Benteng Fort Rotterdam sebagai satu diantara 15 benteng ajudan kerajaan Gowa-Tallo yang menyengaja dibuat oleh kerajaan untuk mencegah gempuran dari Belanda pada jaman itu. Tetapi benteng lainnya telah dihancurkan oleh Belanda.

Baca Juga : Mengintip Keindahan Pulau Samalona, Pulau Eksotis dan Cantik di Makassar

Semenjak Rentang Fort Rotterdam jatuh pada tangan Belanda, peranan itu berbeda. Semenjak tahun 1930 Rentang Fort Rotterdam jadi basis instruksi pertahanan, kantor pusat perdagangan, tempat tinggal petinggi tinggi, dan pusat pemerintah.

Salah satunya kejadian yang sekarang ini dikenali ialah Benteng Fort Rotterdam jadi tempat untk menarik Pangeran Diponegoro pada 1833 sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855. Dan pada tempat berikut Pangeran Diponegoro membuat catatan berkaitan budaya Jawa, seperti pewayangan, riwayat, dan ilmu dan pengetahuan yang lain.

3. Kompleks bangunan benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam: Riwayat, Peranan, Dan ArsitekturBagian luar Benteng Fort Rotterdam di Kota Makassar di antara tahun 1883 sampai 1889, dalam lukisan litograf kreasi Josias Cornelis Rappard. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)
Wujud dari Benteng Fort Rotterdam menyengaja dibuat seperti penyu. Ini kabarnya sebagai pertanda jika Kerajaan Gowa-Tallo berjaya di dataran dan lautan.

Pintu masuk Benteng Fort Rotterdam sekarang ini dibuat dengan tinggi 3 mtr. dengan bangunan tingkat dan dikitari dengan rumput hijau. Sekarang ini Benteng Fort Rotterdam disamping dengan koleksi monumental seperti museum, dimulai dari jaman prasejarah seperti batu-batuan sampai senjata kuno warga Sulawesi Selatan.

Di tempat Rentang Fort Rotterdam kamu bisa juga menjumpai museum La Galigo yang ada beberapa rekomendasi berkenaan riwayat kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan beberapa daerah yang lain yang berada di Sulawesi Selatan. Mayoritas gedung benteng ini masih utuh dan menjadi satu diantara tempat wisata di Kota Makassar.

Pesona Indah Benteng Bersejarah Balangnipa

wisatasulawesi.com – Benteng Balangnipa sebagai tujuan memikat buat didatangi pelancong. Anda yang tiba bukan hanya akan menyaksikan sebuah bangunan monumental saja tetapi bisa menambahkan ilmu dan pengetahuan. Ingat benteng ini dibikin pada periode penjajahan pasti banyak memiliki narasi disimpan didalamnya.

Dulu benteng besar ini populer jadi tempat pertahanan untuk rakyat. Hal tersebut tidak lepas dari periode penjajahan Belanda yang kuasai daerah Indonesia. Sempat remuk dan sudah dibangun kembali sampai sekarang bangunan tetap terlindungi secara baik. Bahkan juga beberapa perbaikan dilaksanakan supaya bangunan terus pada keadaan yang bagus.

Bertandang ke Benteng Balangnipa dengan luas 190 mtr. persegi ini terbaik dengan rekanan atau keluarga. Anda dapat jadikan tempat rekreasi monumental ini jadi sebuah rekreasi pembelajaran. Ada beberapa ilmu dan pengetahuan disimpan didalamnya . Maka dengan bertandang secara automatis memberi ilmu dan pengetahuan yang perlu untuk pelancong.

1. Benteng Berpadunya 3 Kerajaan

Benteng Balangnipa awalnya dibuat di tahun 1859. Pendirian awalnya dilakukan oleh 3 kerajaan di Nusantara. Kerajaan begitu mencakup Bulo-bulo, Lamatti, dan Tondong. Arah pembangunan benteng penting untuk membuat perlindungan rakyat di tempat. Apa lagi ke-3 Kerajaan itu bernaung di Kerajaan Gowa yang waktu itu tumbuh besar dan cepat.

Baca Juga : Beragam Oleh – Oleh Khas Sulawesi

2. Benteng Pertahanan dari Penjajahan

Sama seperti yang telah di terangkan di atas jika arah awalnya pembangunan benteng sebagai tempat untuk jaga daerah dan gempuran penjajahan Belanda. Apa lagi waktu itu Belanda sedang terus-menerus ingin kuasai semua daerah Indonesia. Tidak mau berserah demikian saja, 3 kerajaan lalu membangun sebuah benteng segi panjang yang kuat.

Sayang perjuangan keras rakyat menantang Belanda saat itu masih gagal. Penjajahan sukses menaklukan daerah itu. Benteng ini juga sempat remuk. Di saat itu pasukan dan peralatan perang termasuk berat samping. Penjajahan Belanda unggul jauh dalam sisi jumlah dan tehnologi.

3. Jadi Pusat Administrasi

Selainnya jadi tempat pertahanan, benteng monumental ini sering jadi pusat administrasi di periode lalu. Pemicu di fungsikan begitu ingat lokasi yang dipandang vital untuk transaksi bisnis warga. Harus dipahami jika benteng ini dibuat dekat sama dermaga Sungai Tangka yang dahulu dikenali untuk banyak transaksi bisnis.

Benteng sempat remuk saat kekalahannya dengan pemerintahan Belanda. Walau demikian faksi penjajahan membuat kembali bangunan ini. Walau ini kali dibuat seperti bangunan ciri khas Eropa. Nach bangunan berikut yang sekarang ini tetap berdiri kuat. Sekarang ini Benteng dari Balangnipa ini jadi cagar budaya yang tetap terbangun secara baik.

Alamat dan Jalur Ke arah Lokasi

Penting untuk ketahui alamat dan jalur ke arah lokasi tempat rekreasi. Hal tersebut mempunyai tujuan supaya Anda tidak salah jalan saat di perjalanan. Benteng Balangnipa berada di Kabupaten Sinjai persisnya Kelurahan Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara. Cagar budaya ini termasuk vital ingat pengunjung bisa secara mudah sampai ke tujuan.

Pelancong bisa memakai kendaraan baik beroda 2 atau beroda 4. Bahkan juga beragam alat transportasi juga dapat digunakan untuk perjalanan. Jika ingin bertandang dengan kendaraan individu yakinkan untuk manfaatkan Google Maps untuk memudahkan perjalanan.

Arus ke arah lokasi termasuk gampang dan lancar. Tidak ada masalah memiliki arti untuk sampai ke arah. Ditambah telah ada beberapa papan petunjuk jalan yang memberi faedah tambahan untuk sampai ke benteng . Maka Anda tak perlu sangsi bila ingin bertandang.

Tidak seluruhnya tempat cantik mempunyai biaya yang mahal. Apa lagi Benteng Balangnipa sebagai benteng monumental. Bertandang ke tujuan ini terang memberi pengalaman lain untuk pelancong. Harga ticket masuk juga bisa dibuktikan murah cuma sejumlah Rp 10.000 per pengunjung. Biaya begitu berasa arif ingat ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan sepanjang tiba.

Harus dipahami jika peralihan ongkos bisa jadi terjadi. Hal tersebut tergantung dari peraturan pengurus di tempat. Kembali juga ada pula biaya tambahan berkaitan parkir kendaraan. Untuk kendaraan beroda 4 dikenai dana sejumlah Rp 5.000. Dan beroda 2 seperti motor Rp.3.000. Bagaimana juga biaya begitu tidak sesuai dengan penawaran yang disuguhi.

1. Menyaksikan Arsitektur Berkualitas

Banyak aktivitas bisa dilaksanakan sepanjang bertandang di benteng monumental ini. Kegiatan seperti menyaksikan keelokan bangunan juga termasuk sangatlah menarik. Apa lagi design bangunan bagus sekali. Kombinasi ciri khas Eropa menambahkan cantik sebuah bangunan. Anda akan dibuat kerasan sepanjang berkeliling-keliling menyaksikan panorama.

Gedung benteng berwujud segi panjang. Perlu waktu beberapa saat untuk pengunjung bisa berkeliling-keliling. Janganlah lupa juga untuk berpose di sejumlah spot yang ada. Berswafoto pada tempat dengan arsitektur tingkat tinggi pasti menambahkan hasil photo yang keren. Peristiwa liburan akan makin berkualitas.

2. Jadi Museum Wilayah

Benteng Balangnipa sering jadi banyak peranan. Salah satunya peranan yang lain yaitu jadi sebuah Museum Wilayah. Bermacam benda kuno monumental masih disimpan yang rapi. Oleh karena itu pengunjung bisa berkeliling-keliling untuk saksikan secara langsung warisan masa lampau itu. Dengan melihat langsung karena itu secara automatis menambahkan pengetahuan.

Beberapa benda paling ciri khas monumental di sini diantaranya meriam tembaga, porselen kuno dari China, dan keramik ciri khas Jepang dan Eropa. Anda bisa menyaksikan koleksi kuno begitu yang disimpan yang rapi. Saksikan secara langsung terang hebat untuk dilaksanakan dan menambahkan ilmu dan pengetahuan.

3. Pagelaran Seni dan Budaya. Cagar Budaya

Sampai sekarang benteng monumental ini masih mempunyai faedah yang hebat positif. Jadi cagar budaya membuat beberapa pagelaran seni yang diadakan di sini . Maka jika memang untung, adapun Anda bisa saksikan secara langsung atraksi budaya warga di tempat yang unik.

Sarana yang Ada di Teritori Rekreasi

Sarana di Benteng Balangnipa termasuk sangatlah komplet. Anda bisa secara nyaman mengeksplor tiap pojok dengan bebas. Beberapa sarana harus ada di sini dimulai dari tempat parkir luas, toilet dan bermacam tempat duduk . Maka sarana itu memberi faedah positif yang memberikan keuntungan.

Jika Anda tiba di luar dan punya niat bermalam tak perlu cemas. Karena tidak jauh dari tujuan banyak terdapat pilihan tempat pemondokan. Pilih sama sesuai bujet yang ada. beberapa pemondokan juga tidak begitu mahal untuk di menempati.

Sarana yang lain jangan di terlewat ialah rekreasi kulineran. Sesudah capek bertandang dan berkeliling-keliling sekarang waktunya Anda nikmati sajian sedap. Apa lagi ada beberapa restaurant paling dekat yang gampang untuk di datangi. Beragam sajian nikmat terhidang dengan beragam menu. Rasa lapar akan selekasnya lenyap sesudah nikmati hidangan yang nikmat.

Itulah beberapa sarana, daya magnet dan aktivitas yang bisa dilaksanakan di Benteng Balangnipa. Tujuan ini benar-benar pas jadi rekreasi pembelajaran dan monumental. Karena ada beragam jenis koleksi kuno dan narasi riwayat yang memikat . Maka jika ingin bertandang yakinkan selekasnya tiba dan tak perlu sangsi.

Sensasi Pedas Nasu Palekko, Bikin Keringatan

Wisata Sulawesi – Bagi Anda pecinta kuliner ekstra pedas, tak ada salahnya mencoba kuliner Sulawesi Selatan yang satu ini. Cita rasa dan sensasi pedasnya dijamin dapat menggoyangkan lidah dan membuat Anda mandi keringat.

Karena cita rasa dan sensasi pedasnya yang berbeda pada kuliner lainnya, membuat kuliner yang satu ini “sangat diburu” oleh penikmat kuliner yang ekstra pedas.

Nama kuliner khas Sulawesi Selatan ini, berasal dari bahasa bugis yang terdiri dari dua kata yaitu nasu dan palekko. Nasu berarti masak, sedangkan palekko berarti panci.

Cara memasaknya juga terbilang unik, serta punya rasa khas tersendiri dan dijamin dapat membuat Anda ketagihan.

Namanya memang tak setenar dengan coto Makassar dan sop konro, namun cita rasanya mampu ”bertanding” dengan kuliner tersebut.

Itik, merupakan bahan baku utama dari masakan nasu palekko. Karena banyaknya peminat terhadap kuliner ini, terkadang pemilik rumah makan memotong sekitar 125 hingga 150 ekor itik perharinya dan semuanya habis terjual. Wah, Anda pasti sudah bisa membayangkan warung tersebut tidak pernah sepi pengunjung dan memiliki beberapa karyawan yang selalu sibuk menyediakan pesanan.

Mungkin Anda penasaran untuk mencicipi kuliner nasu palekko, tak perlu bingung dan dimana dapat menikmatinya. Ya, kuliner tersebut sangat mudah ditemui di beberapa Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Seperti Kabupaten Sidrap, Pangkajene serta Kabupaten Wajo. Anda tinggal bertandang kesana karena para pemilik warung dengan setia selalu menunggu kedatangan Anda.

Sementara rumah makan atau warung yang menyajikan nasu palekko dapat Anda ketahui dengan melihat bagian depannya. Pasalnya, jika di bagian depan terdapat kandang itik, hampir dipastikan jika rumah makan tersebut menyajikan nasu palekko. Bahkan, Anda pun dapat melihat langsung pengolahan mulai dari pemotongan hingga menjadi masakan yang lezat dengan cita rasa tersendiri.

Baca Juga : Sup Konro Kuliner Khas Sulawesi Yang Bikin Ketagihan

Bahkan, beberapa pemilik warung atau rumah makan yang menyediakan kuliner nasu palekko ini, mengaku bahwa terkadang pengunjung di warungnya berasal dari berbagai daerah dibelahan Nusantara, hanya untuk menikmati kuliner khas Sulawesi Selatan itu.

“Menu wajib”

Sementara itu, Nasu palekko tak hanya bisa ditemukan dirumah makan saja, akan tapi kuliner ini juga sering disajikan dirumah warga. Bahkan menjadi menu wajib ketika ada acara hajatan maupun pesta pernikahan di daerah tersebut. Karena nasu palekko, sudah menjadi masakan turun temurun dan sudah dikenal sejak ratusan tahun silam.

Soal gizi Anda tak perlu ragu. Karena daging itik kaya akan protein, mineral, vitamin dan mengandung omega 3 dan 6.

Bagi Anda yang memiliki hobi masak dan ingin membuat masakan nasu palekko, tak ada salahnya mencoba. Karena meskipun cara membutnya terlihat sangat mudah, namun dengan tehnik yang salah, dapat membuat daging itik menjadi amis dan alot. Serta proses pembuatannya juga membutuhkan kesabaran.

Berikut informasi mengenai resep dan cara membuatnya.

Bahan & cara membuat Nasu Palekko :

Bahan :

– 1 ekor itik (bagusnya itik muda),

– 10 siung bawang merah, haluskan

– cabe rawit secukupnya (sesuai selera), haluskan

– Segenggam asam jawa, rendam dengan air 200 ml

– 1 sendok makan merica bubuk

– 3 lembar daun salam

– 1 buah jeruk nipis

– 1 sendok teh kunyit bubuk

– 3 sendok makan minyak goreng

– Garam dan penyedap rasa secukupnya

Cara membuatnya :

Bersihkan itik dengan cara dilumuri garam kasar dan perasan jeruk nipis. Gosok hingga kulit ari lepas. Kemudian cuci bersih dan bakar sebentar itik tersebut hingga kulitnya kesat. Pisahkan antara kulit dan dagingnya, Kemudian kulit dan daging itik dipotong-potong dalam ukuran kecil (sebesar dadu). Selanjutnya lumuri daging itik dengan setengah bagian air asam jawa, 1 sendok garam dan penyedap rasa secukupnya, remas-remas dan diamkan.

Panaskan wajan,sangrai kulit itik yang telah dipotong dalam ukuran kecil hingga minyaknya keluar, kemudian tambahkan minyak goreng dan gunakan api sedang. Kemudian masukkan potongan itik beserta bumbu rendamannya. Selanjutnya, masukkan sisa air asam, kunyit bubuk, cabai serta bawang merah yang telah dihaluskan. Aduk-aduk dan masak hingga airnya tinggal sedikit, kemudian tambahkan garam dan penyedap rasa.

Selamat, nasu palekko siap disantap di meja makan.

Mengenal Lebih Dekat Budaya Tana Toa, Kajang Bulukumba

Mengenal Lebih Dekat Budaya Tana Toa, Kajang Bulukumba – Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Kabupaten Bulukumba. Daerah tersebut dinamakan Tana Toa yang berarti tanah yang tertua. Hal itu dikarenakan kepercayan masyarakatnya yang meyakini daerah tersebut sebagai daerah tertua dan pertama kali diciptakan oleh Tuhan di muka bumi ini. Bagi mereka, daerah ini dianggap sebagai tanah warisan leluhur.

Setiap hari, Masyarakat adat kajang menggunakan bahasa konjo sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa konjo termasuk bahasa Makassar yang berkembang dalam satu komunitas masyarakat. Pada umumnya masyarakat Desa Tana toa, tidak pernah merasakan bangku pendidikan secara formal. Maka tak heran, sangat sulit ditemukan masyarakat di kawasan ini yang mampu berbahasa Indonesia.

Meski demikian, suku Kajang mempunyai struktur kelembagaan. Bahkan, semua individu yang mendapat posisi dalam struktur tersebut, melaksanakan amanah secara jujur, tegas dan konsisten. Mereka paham arti tugas dan tanggung jawab. Pemimpin mereka disebut Ammatoa, pelajaran mereka dapatkan dari alam sekitar.

Ketika Ammatoa meninggal, maka pemimpin adat berikutnya akan dipilih setelah tiga tahun lamanya. Para calon Ammatoa dikumpulkan, kemudian seekor ayam dilepaskan. Ketika ayam tersebut hinggap pada salah seorang calon, maka dialah yang menjadi pemimpin adat berikutnya.

Dalam hal perkawinan, masyarakat Tana Toa harus kawin dengan sesama masyarakat kawasan tersebut. Jika tidak, dia harus meninggalkan kawasan adat.

Masyarakat Tana Toa Kajang juga dicirikan dengan pakaiannya yang serba hitam. Menurut mereka, pakaian hitam tersebut memiliki makna kebersahajaan, kesederhanaan, kesamaan atau kesetaraan seluruh masyarakatnya. Selain itu, pakaian hitam juga dimaksudkan agar mereka selalu ingat akan kematian atau dunia akhir.

Makna kesetaraan tidak hanya dapat dilihat dari cara mereka berpakaian, akan tetapi juga dari bentuk bangunan rumah yang ada di kawasan ini. Semua model, ukuran serta warnanya terkesan seragam, beratap rumbia serta berdinding papan. Kecuali rumah Ammatoa yang dindingnya menggunakan bambu. Di sekitar rumah Ammatoa tersebut, semua pemukiman Warga menghadap kearah kiblat.

Di kawasan ini, pengunjung tidak akan menemukan satu rumah pun yang berdinding tembok. apalagi bangunan yang memiliki berbagai model seperti bangunan mewah yang sering kita lihat . didalam rumah, tak satupun barang elektonik. modernitas dianggapnya sebagai pengaruh buruk yang dapat menjauhkan mereka dengan alam dan para leluhur.

Masyarakat Tana Toa percaya bahwa bumi ini adalah warisan nenek moyang yang berkualitas dan seimbang. Oleh karena itu, anak cucunya harus mendapatkan warisan tersebut dengan kualitas yang sama persis.

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat adat memegang teguh ajaran leluhur yang disebutpasang ri kajang yang berarti pesan di kajang. Ajaran pasang itu, dinilai ampuh dalam melestarikan hutan.
Selaku pemimpin adat, Ammatoa membagi hutan dalam tiga bagian. Yaitu, hutan keramat “hutan karamaka”, hutan perbatasan “hutan batasayya” serta hutan rakyat “hutan laura”.

Baca Juga: Pantai Nambo

Hutan keramat diakui sebagai hutan pusaka dan dijadikan kawasan hutan larangan untuk semua aktifitas, kecuali kegiatan ritual. Hutan ini sangat dilindungi, mereka meyakini kawasan ini sebagai tempat turunnya manusia terdahulu yang juga lenyap di tempat tersebut. Masyarakat juga yakin, hutan ini tempai naik turunnya arwah dari bumi kelangit.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan hutan yang seluas 317,4 hektar ini, maka akan dikenakan denda Rp.1.200.000 di tambah dengan sehelai kain putih serta mengembalikan barang yang telah diambil dari daerah tersebut.

Hutan perbatasan merupakan hutan yang bisa ditebang beberapa jenis kayunya, akan tetapi harus dengan izinAmmatoa dan kayu yang diambil dari kawasan itu hanya untuk membangun fasilitas umum, serta untuk rumah bagi komunitas Ammatoa yang tidak mampu.

Selain demikian, sebelum melakukan penebangan pohon, orang tersebut diwajibkan melakukan penanaman sebagai penggantinya. Ketika sudah tumbuh subur, penebangan baru akan dilakukan dengan menggunakan alat tradisional serta mengangkatnya secara gotong royong keluar dari areal hutan.

Nah, apabila seorang menebang kayu di kawasan ini tanpa izin, maka dikenakan denda 800 ribu rupiah. Dan ketika terjadi kelalaian yang menyebabkan kerusakan hutan, dikenakan denda 400 ribu rupiah. Kedua denda tersebut dilengkapi dengan sehelai kain putih.

Yang terakhir adalah hutan rakyat, meskipun hutan ini dikuasai dan di kelola oleh rakyat. Tapi hukum adat masih tetap berlaku. Denda atas pelanggaran di kawasan ini sama dengan denda hutan perbatasan.

Selain sanksi denda, orang yang melakukan pelanggaran tersebut juga dikenakan hukum adat berupa pengucilan. Yang lebih parahnya lagi, pengucilan tersebut berlaku bagi semua keluarga sampai generasi ketujuh.

Selanjutnya, ada dua bentuk ritual yang dijalankan oleh suku kajang apabila terjadi kasus pencurian, yaitu tunu panroli dan tunu passau.

Tunu panroli yaitu mencari pelaku pencurian dengan cara seluru masyarakat memegang linggis yang membara setelah dibakar. Masyarakat yang tidak bersalah, tidak akan merasakan panasnya linggis tersebut.

Tapi, apabila sang pencuri melarikan diri, maka dilakukanlah tunu Passau yaitu Ammatoa membakar kemenyan sambil membaca mantra yang dikirmkan kepada pelaku agar jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia secara tidak wajar.

Tiap akhir tahun, masyarakat adat suku kajang melakukan ritual andingingi yang berarti mendinginkan. Ini merupakan salah satu bentuk kesyukuran mereka atas kemurahan alam dengan cara mendinginkannya. Waktu tersebut adalah saatnya alam untuk diistirahatkan setelah dikelolah dan dinikmati hasilnya selama satu tahun.

Baca Juga: 5 Air Terjun Favorit Dekat Kota Makassar

Luas Desa Tana Toa, 331,17 hektar dan terbagi menjadi dua yaitu suku Kajang luar dan Kajang dalam. Masyarakat Kajang luar, tersebar dan menetap di tujuh dusun. Sementara masyarakat Kajang dalam tinggal di satu dusun yaitu Benteng. Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang secara keseluruhan melakukan segala ritual dan aktifitas yang berkaitan dengan adat istiadat.

Meski suku ini terbagi kedalam dua kelompok, akan tetapi tidak ada perbedaan diantara mereka. Semuanya berpegang teguh terhadap ajaran leluhur.

Lokasi

Secara geografis, suku Kajang berada di wilayah Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sekitar 56 kilometer dari pusat kota Bulukumba.

Berkunjung ke Kabupaten Bulukumba, belum lengkap tanpa memasuki kawasan adat Tana Toa yang merupakan salah satu tempat wisata budaya Sulawesi. Mengunjungi peninggalan megalitik milik masyarakat kajang serta mempelajari kearifan dalam melestarikan budaya yang bertahan ratusan bahkan ribuan tahun itu.

Para pengunjung yang datang di daerah ini, harus mengikuti aturan adat yang berlaku. Tidak boleh menggunakan kendaraan modern, anda hanya boleh menunggangi kuda atau berjalan kaki. Pengunjungpun harus mengikuti khas pakaian adat kajang yang berwarna hitam itu.

Mengintip Kisah Sang Putri Berubah Jadi Batu, di Goa Mampu Bone

Kisah Sang Putri Berubah Jadi Batu, di Goa Mampu Bone  Goa mampu merupakan salah satu objek wisata alam yang terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, goa ini juga menyimpan sejuta kisah yang dipercaya oleh sebagian besar masyarakat dengan sebutan alebborengnge ri Mampu (musibah/malapetaka di Mampu).

Di dalam goa yang memiliki luas sekitar 2000 meter persegi itu, para pengunjung disuguhi pemandangan stalagtit dan stalagmit yang sangat rapi, beberapa bongkahan batu yang berbentuk manusia, perahu, hewan, tumpukan padi, persawahan. Ya, memang mirip sebuah perkampungan.

Baca Juga : Indahnya Sunset Di Pantai Losari Makassar

Selait itu, didalam goa tersebut terdapat kuburan kuno yang menambah kesan mistis, satu kuburan terletak tak jauh dari mulut goa dan yang satunya lagi berada di puncak goa itu atau tepatnya ditingkatan tujuh.

Legenda tentang goa mampu, juga tercatat dalam buku Lontara Bugis. Yang menceritakan mengenai kisah sebuah perkampungan yang mendapat kutukan dan seluruhnya telah berubah menjadi batu wisatasulawesi.com.

Namun meski demikian, hingga kini belum ada pelurusan sejarah tentang legenda goa mampu ini, sehingga menimbulkan banyak versi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu versi menyebutkan, jika pada zaman dahulu tempat tersebut merupakan daerah “kerajaan mampu”. Kutukan berawal ketika putri raja sedang menenun seorang diri di teras rumah panggungnya. Namun, karena rasa ngantuk, alat tenun atau yang disebut “walida” milik sang putri terjatuh ke tanah.

Tak jauh dari tempat tersebut, ada seekor anjing. Putri raja langsung meminta tolong kepada anjing tersebut untuk mengambilkan walidanya. Tiba-tiba anjing itu berbicara layaknya seorang manusia. Sang putri langsung kaget dan seketika itu tubuhnya berubah menjadi batu dari kepala hingga ujung kakinya.

Setelah para dayang serta masyarakat melihat kejadian yang menimpa sang putri, mereka langsung kaget dan menunjuk seraya bertanya apa yang sedang terjadi. Namun yang lebih naasnya lagi, setiap orang yang bertanya, dirinya pun berubah menjadi bongkahan batu. Dan kini peristiwa tersebut, dikenal oleh masyarakat dengan istilah Sijello’ to Mampu (saling menunjuk)

Legenda ini telah menyebar dan berkembang kemasyarakat luas. Dari legenda tersebut, menjadikan goa ini banyak dikunjungi para wisatawan. Baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Namun terlepas dari legenda tragis itu, yang pasti kini Goa Mampu telah menjadi tempat wisata yang bersejarah dan menawarkan keindahan panorama dan selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Siapkan Penerangan

Nah, sebelum masuk ke dalam goa ini, para pengunjung harus mempersiapkan alat penerangan, atau jika tidak, di tempat tersebut ada obor yang disewakan khusus untuk pengunjung. Karena di dalam goa kondisinya sangat gelap, terkecuali tempat-tempat tertentu yang mendapat pancaran sinar matahari dari langit-langit goa yang berlubang.

Selain itu, untuk menyusuri goa Mampu ini, disarankan Anda menggunakan pemandu lokal yang selalu siap sedia agar tidak tersesat di dalam.

Tarif

Tarif masuk ke lokasi wisata Goa Mampu sangat murah, hanya Rp 10 ribu bagi pengendara roda dua dan Rp 35 ribu mobil. Dan itu sudah termasuk tarif parkir kendaraan. Sementara sewa obor masuk ke goa sekitar Rp 5.000.

Lokasi

Goa mampu terletak di lereng gunung mampu dengan ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. Tepatnya, di Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Akses

Untuk mengunjungi tempat wisata yang berjarak sekitar 35 kilometer dari pusat kota kabupaten ini, pengunjung membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Atau sekitar empat jam perjalanan dari Kota Makassar.